BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia
yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil
manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa
jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19,
di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di
Indonesia.
1.2 Perumusan
Masalah
·Apakah itu Situs Sangiran?
·Apakah
itu Trinil?
1.3 Tujuan
· Mengetahui lebih dalam
tentang Situs Sangiran
·
Mengetahui lebih dalam tentang Trinil
1.4 Manfaat
· Mengetahui apa itu situs Sangiran
· Mengetahui apa itu Trinil
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1 Pra
Aksara
Sebenarnya ada
istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya
tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka zaman tidak adanya
tulisan.
2.2 Fosil
Fosil merupakan sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang
menjadi batu atau mineral.
Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen.
2.3 Artefak
Artefak atau
artifact merupakan benda arkeologi atau peningalan benda-benda
bersejarah, yaitu semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia yang
dapat dipindahkan.
2.4 Manusia
Purba
Sejumlah
keberagaman dari Homo
dikelompokkan menjadi kategori yang lebih luas yaitu Manusia Purba,
berlawanan dengan manusia
modern (Homo sapiens), pada periode dimulai dari 500.000 tahun lalu.
Kategori-kategori tersebut biasanya mengikutkan Homo heidelbergensis, Homo rhodesiensis,
Homo
neanderthalensis, dan mungkin juga termasuk Homo antecessor.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Apakah itu Situs Sangiran?
Situs Kepurbakalaan
Sangiran adalah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Tempat ini merupakan lokasi penemuan beberapa fosil
manusia purba, sehingga sangat penting dalam sejarah perkembangan manusia
dunia.
Area ini memiliki luas kurang lebih 48 km²
dan sebagian besar berada dalam wilayah administrasi Kecamatan
Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 17 kilometer sebelah utara Kota Surakarta, di lembah Bengawan Solo dan di kaki Gunung Lawu. Ada sebagian yang merupakan bagian dari Kabupaten
Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo).
Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya dan ada tahun 1996 situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.
Ketika aktif melakukan eksplorasi pada akhir
abad ke-19, Eugene
Dubois pernah melakukan penelitian di sini, namun
tidak terlalu intensif karena kemudian ia memusatkan aktivitas di kawasan Trinil, Ngawi.
Sejak tahun 1934, ahli antropologi Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut, setelah mencermati
laporan-laporan berbagai penemuan balung buta ("tulang
buta/raksasa") oleh warga dan diperdagangkan. Saat itu perdagangan fosil
mulai ramai akibat penemuan tengkorak dan tulang paha Pithecanthropus
erectus ("Manusia Jawa") oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, tahun 1891. Trinil sendiri juga terletak di lembah
Bengawan Solo, kira-kira 40 km timur Sangiran.
Dengan dibantu oleh Toto Marsono, pemuda yang kelak menjadi lurah Desa Krikilan, setiap
hari von Koenigswald meminta penduduk untuk mencari balung buta, yang
kemudian ia bayar. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan
berbagai fosil Homo erectus lainnya. Ada sekitar 60 lebih fosil H. erectus
atau hominid lainnya dengan variasi yang besar, termasuk seri Meganthropus
palaeojavanicus, telah ditemukan di situs tersebut dan
kawasan sekitarnya.
Selain manusia purba, ditemukan pula berbagai
fosil tulang-belulang hewan-hewan bertulang belakang (Vertebrata), seperti buaya (kelompok gavial dan Crocodilus), Hippopotamus (kuda nil), berbagai rusa, harimau purba, dan gajah purba (stegodon dan gajah moderen).
Penggalian oleh tim von Koenigswald berakhir
1941. Koleksi-koleksinya sebagian disimpan di bangunan yang didirikannya
bersama Toto Marsono di Sangiran, yang kelak menjadi Museum Purbakala Sangiran,
tetapi koleksi-koleksi pentingnya dikirim ke kawannya di Jerman, Franz
Weidenreich.
Di Museum Purbakala
Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga,
dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar dua juta tahun yang lalu hingga
200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen
tengah. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan
situs manusia purba berdiri tegak (hominid) yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat dipamerkan fosil berbagai hewan
bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, serta
alat-alat batu.
Pada awalnya penelitian Sangiran adalah
sebuah kubah yang dinamakan Kubah Sangiran. Puncak kubah ini kemudian
terbuka melalui proses erosi sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat
ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan pada masa
lampau. Sangiran mencakup beberapa lapisan tanah/formasi tanah. Yang tertua
adalah formasi "kalibeng" formasi ini diperkirakan berumur 3 juta -
1,8 juta tahun yang lalu. Pada formasi ini terdiri atas 4 lapisan yaitu lapisan
bawah merupakan endapan laut dalam dengan ketebalan lapisan ini 107 meter
3.2 Apakah
itu Trinil?
Ratusan tahun
silam di Tanah Jawa, tepatnya di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, sebuah
sejarah besar tentang manusia purba terkuak. Dari
penggalian yang dilakukan Eugene Dubois, seorang dokter berkebangsaan Belanda
ditemukan beberapa pecahan batu. Mulai dari gigi geraham, tulang paha,
tengkorak manusia purba dan binatang.
Upaya Dubois
tidak bisa dibilang asal-asalan. Dirinya waktu itu, tertantang dengan teori
Human Origin, yang dikemukakan Charles Robert Darwin (1809-1882). Dalam teori
itu menyatakan bahwa manusia ini berasal dari evolusi kera.
Berdasar teori
Human Origin, Dubois meninggalkan negeri kincir angin menuju Indonesia pada
tahun 1887. Selain itu ada dua alasan yang dijadikan acuannya kali ini.
Pertama, berdasarkan buku The Descent of Man, menceritakan bahwa nenek moyang
manusia seharusnya hidup di daerah tropis. Karena manusia purba sudah
kehilangan bulu selama perkembangannya. Alasan kedua, di Hindia-Belanda
(Indonesia) banyak gua-gua, jadi tak mustahil akan ditemui fosil-fosil atau
bekas kehidupan manusia purba.
Beberapa teori
dan alasan itulah Eugene Dubois, bertekad untuk membuktikan penelitiannya
dengan menggali di beberapa daerah. Khususnya yang ada di Pulau Jawa di
sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Namun, sebelumnya Dubois meneliti di
Payah Kumbuh, Sumatera, tahun 1887.
Pada tahun 1891
Eugène Dubois, yang adalah seorang ahli anatomi menemukan bekas manusia purba
pertama di luar Eropa yaitu spesimen manusia Jawa. Pada 1893 Dubois menemukan
fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta fosil hewan dan tumbuhan
purba lain.
Menurut penjelasan
Indro Waluyo, Ketua penanggung jawab Museum Trinil, Ngawi, penggalian Dubois
saat itu di sepanjang muara sungai, tepatnya di Desa Kawu, Desa Ngancar, dan
Desa Gemarang. “Tiga tempat itulah yang menjadi penggalian manusia purba,” kata
pria berusia 52 tahun ini.
Di samping
itu, papar Indro lagi, keberadaan ketiga desa itu yang berada di pinggiran
aliran sungai. Sehingga disebut dengan istilah Trinil. Yang konon, artinya tiga
desa di muara Sungai Bengawan Solo.
Untuk
mempelajari fosil-fosil manusia purba, dari semua penelitian dan penggalian
yang dilakukan Dubois. Maka, dibuatlah replika fosil manusia purba yang kini
disimpan di dalam sebuah museum. Sedangkan fosil yang asli dibawa dan disimpan
di Belanda.
Indro Waluyo
menjelaskan kembali, jika semua fosil yang ada di dalam museum adalah replika
belaka. Yang mana terbuat dari bahan fiberglass (atom) dengan patokan ukuran
dan bentuknya menyerupai asli.
Hingga kini
museum itu dikenal dengan Museum Trinil, berlokasi di Dukuh Pilang, Desa Kawu,
Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur. Atau kurang lebih
13 kilometer arah barat pusat kota Ngawi.
Untuk mencapai
lokasi ini dapat ditempuh dengan semua jenis kendaraan. Sayang sekali di jalan
arteri yang bisa menjadi petunjuk utama, tidak ada satupun patokan yang bisa
mengarahkan kita ke Museum.
Museum yang
berdiri di atas lahan seluas 3 hektar itu, diresmikan Gubernur Jatim Soelarso,
pada 20 Nopember 1991. Kini di bawah kelolah Balai Pelestarian Purbakala (BP-3)
Trowulan, Mojokerto. Dan situs ini dibangun atas prakarsa dari Teuku Jacob,
seorang ahli antropologi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Situs Museum
Trinil dalam penelitian merupakan salah satu tempat hunian kehidupan purba pada
zaman Pleistosen Tengah, kurang lebih 1 juta tahun yang lalu. Situs ini sangat
penting sebab di sini selain ditemukan data manusia purba, juga tersimpan bukti
konkrit tentang lingkungannya, baik flora maupun faunanya.
Masuk ke dalam
museum terdapat ruangan yang dipenuhi dengan tulang-tulang manusia purba. Antara
lain fosil tengkorak manusia purba (Phitecantropus Erectus Cranium, Karang
Tengah Ngawi), fosil tengkorak manusia purba (Pithecantropus Erectus Cranium
Trinil Area), fosil tulang rahang bawah macan (Felis Tigris Mandi Bula Trinil
Area), fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus Upper Molar
Trinil Area), fosil tulang paha manusia purba (Phitecantropus Erectus Femur
Trinil Area), fosil tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau Horn Trinil Area),
fosil tanduk banteng (Bibos Palaeosondaicus Horn Trinil Area) dan fosil gading
gajah purba (Stegodon Trigonocephalus Ivory Trinil Area).
Disamping itu
masih ada beberapa fosil tengkorak Australopithecus Afrinacus, Cranium Taung
Bostwana Afrika Selatan, Homo Neanderthalensis Cranium Neander Dusseldorf Jerman
dan Homo Sapiens Cranium.
Selain fosil-fosil tengkorak yang telah disebutkan, hal menarik lainnya adanya sebuah tugu tempat penemuan manusia purba. Dulu tak banyak orang tahu akan makna tugu itu, bahkan kemungkinan besar bisa rusak kalau tidak dpelihara oleh seorang sukarelawan yang ada di sana.
Selain fosil-fosil tengkorak yang telah disebutkan, hal menarik lainnya adanya sebuah tugu tempat penemuan manusia purba. Dulu tak banyak orang tahu akan makna tugu itu, bahkan kemungkinan besar bisa rusak kalau tidak dpelihara oleh seorang sukarelawan yang ada di sana.
Di tugu putih
yang ada di pojok museum itu bertuliskan P.E. 175M.ONO 1891/93. Tulisan itu
menjelaskan titik pengamatan dari arah penggalian Pithecantropus Erectus di
Sungai Bengawan Solo, dengan jarak 175 meter arah timur laut pada tahun
1891/93.
BAB IV
K E S I M P U L
A N D A N S A R A N
4.1
KESIMPULAN :
Sangiran adalah sebuah situs
arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia.
Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km
(tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs
Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara
Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan
penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs
Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.
Museum Trinil atau
Kepurbakalaan Trinil terletak di dukuh Pilang, desa Kawu, Kecamatan
Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Berjarak 14 km dari Kota Ngawi ke arah Barat
daya, pada KM 10 jalan Raya Ngawi -Solo ada pertigaan belok ke arah Utara. Dan
Sepanjang 3 km perjalanan baru sampailah pada Museum Trinil. Dan Letaknya
sendiri di Pinggiran kali Bengawan Solo, dan layaknya situs-situs kepurbakalaan
yang ada di tanah air memang cenderung dipinggiran sungai. Seperti halnya situs
Sangiran atau situs sambung macan Sragen juga dibantaran sungai Bengawan solo.
4.2
SARAN :
Sebagai warga negara yang baik dan
khususnya kita sebagai siswa/siswi harus bisa melestarikan kekayaan budaya baik
itu wisata maupun sejarah bangsa. Agar tidak punah oleh waktu. Selain itu kita
juga harus bisa menjaganya agar tetap lestari dan berkembang.
D A F T A
R P U S T A K A
dasar pelit ..
BalasHapusqlu mau copy:
HapusGoogle Chrome
Klik tombol bergambar kunci di pojok kanan atas
Lalu pilih menu "Options",
Kemudian pilih menu "Under the Hood"
Di bagian "Privacy" klik tombol "Content settings",
Di bagian "JavaScript" anda pilih tombol bulatan bertuliskan "Do not allow any site to run JavaScript"
Mozilla Firefox
Klik alat/tool
Klik option/pengaturan
Klik konten / isi
Lalu hilangkan tanda centang pada opsi aktifkan javascript
refress tab
izin copy yaa
Hapuskok gk iso
BalasHapusizin copy kak
BalasHapusWew
BalasHapuskenapa sangiran dan trinil tempat ditemukannya banyak fosil?
BalasHapusizin copy kak
BalasHapusizin copy kak
BalasHapusizin copy mas..
BalasHapusIZIN COPY GAN
BalasHapusizin copy yahhhh
BalasHapusizin
BalasHapusizin
BalasHapusizin copy gan
BalasHapusizin copy
BalasHapusizin copy
BalasHapusIzin Copy ya
BalasHapusizin copy mas
BalasHapus