Translate

Kamis, 02 Oktober 2014

Korps Soeringgit 149

          Hai teman-teman? Apa kabar? Udah lama ya aku nggak nulis di sini. Kira-kira udah hampir setahun. Oh ya, kali ini aku ingin menulis tentang ekstrakulikuler paling spektakuler di SMA Negeri 3 Semarang. Tebak apa hayoo?? Klu-nya yaitu kami memakai seragam coklat ala pejuang, kami berkalungkan bendera merah putih dan selalu gembira. Coba tebak ekskul apa hayo??? Yappp benar kami adalah PRAMUKA.
Oh ya, aku jelasin ya, Pramuka Pangkalan di tingkat SMA disebut ambalan, dan Ambalan di SMA Negeri 3 Semarang bernama Ambalan Soeringgit. Ambalan Soeringgit termasuk salah satu Ambalan yang hanya menggunakan satu nama saja untuk gugus depan putra dan putri, karena pada umumnya gugus depan putra dan putri menggunakan nama yang berbeda. Misalnya Ambalan Gajah Mada Dewi Sartika Pramuka yang merupakan nama Ambalan dari SMA Negeri 1 Semarang.
Pramuka inti di Ambalan Soeringgit dikenal dengan nama Perwakilan Ambalan Soeringgit, yang kemudian disebut dengan nama Korps Soeringgit 149.
Saat ini Korps Soeringgit sudah memiliki 20 angkatan, dan aku adalah salah satu bagian dari angkatan 20 yg berjumlah 24 orang.
          Di Korps Soeringgit 149 ini, kita akan dididik menjadi generasi berjiwa pemimpin. Selain itu di sini aku menemukan keluarga baru yang sangaat harmonis (cielah).
Event tahunan KS 149 macam-macam lho. Yang pertama yaitu GPLB (Ganesha Putra Laksana Bhaktidharma), acara ini merupakan kemah bhakti serta bertujuan untuk melantik penegak tamu atau siswa kelas X yang baru saja masuk di SMA Negeri 3 Semarang, biasanya sih di Bantir, tapi karena kami istimewa, GPLB kami kemarin diadakan di Kavaleri, konon ini adalah GPLB pertama di Kavaleri (plokplokplokplok).
           Setelah GPLB, kami turut memeriahkan proker OSIS yaitu DESANOV (Demonstrasi Satu November). Acara ini diadakan tepat tanggal 1 November, karena pada hari tersebut SMA Negeri 3 Semarang berulang tahun. Di DESANOV ini, KS 149 menampilkan perpaduan dari beberapa TekPram, seperti pioneering, sandi, semaphore, morse, pbb, dll. Tahun kemarin, KS 149 mendapatkan predikat sebagai Subsie Terkreatif lho (plokplokplok).
           Setelah Desanov, kami memiliki proker paling istimewa. Proker ini merupakan acara yang paling di tunggu-tunggu. Coba tebak apa hayo?? Yaps benar GPLA (Ganesha Pramodha Laksana Adhidharma). Ini merupakan lomba tahunan tingkat Jawa Tengah yang diadakan oleh Ambalan Soeringgit, dengan KS 149 sebagai panitia dan pelaksananya. Namun sayang, pada tahun ini kami mengalami penurunan tingkat menjadi tingkat Eks Karesidenan Semarang. Yah tak apalah, karena GPLA tahun ini, GPLA XX mendapat predikat sebagai GPLA dengan jumlah peserta terbanyak. Horeee.
           Selain event-event di atas, kami juga punya kebanggan sendiri. Jadi KS 149 itu merupakan organisasi yang sejajar dengan OSIS dan MPK. Keren kaan hehe.
Yaudah cukup sekian dulu aja yaa. Nanti kapan-kapan akan kusambung lagi.
See you ya

Raimuna Nasional di Raimuna (2012)

Baru Raimuna Nasional 2012 kali inilah yang dapat disebut sebagai Raimuna yang dilaksanakan di kampung asal kata raimuna. Raimuna merupakan kata yang berasal dari Suku Ambai, Provinsi Papua, terdiri atas Rai yang artinya Pertemuan, dengan Muna yang artinya Pemimpin/Kepala Suku. Sehingga Raimuna dapat diartikan Pertemuan Para Pemimpin/kepala Suku. Makna tersebut dapat mewakili makna pertemuan besar Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, karena Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega merupakan para pemimpin di kelompoknya masing – masing dan calon pemimpina bangsa.

Oleh karena itu, pada Rainas kali ini terdapat kegiatan dan keunikan yang menjadi satu. Kegiatan diarahkan pada penguatan budaya dan kepedulian tanah Papua dengan keunikan tenda yang berasal dari prototipe rumah beratap rumbia. Kegiatan tersebut diberi nama Raimuna Nasional X tahun 2012 dengan tema  Pramuka Indonesia Bersama Masyarakat Membangun Kampung Tanah Papua, mottoSatyaku kudarmakan,  darmaku kubaktikan, yang dilaksanakan pada 24 – 30 Juni  2012 bertempat di Bumi Perkemahan Cenderwasih Jayapura Papua .    
Perkiraan jumlah Peserta, Pinkon, dan Bindamping adalah 8 orang putera dan 8 orang puteri, dari 486 Kwartir Cabang se-Indonesia, sebanyak   7.776 orang, 160 orang gudep luar negeri, 176 penegak dan pandega dari negara ASEAN dan PNG. Peserta dikenai biaya berkemah sebesar Rp 300.000/orang, Pinkonda & Bindamping Rp. 400.000/orang, dan Peserta & Bindamping Luar Negeri US $ 150/orang.
Semua kontingen daerah mupun kontingen Cabang yang datang ke Papua mengunakan Pesawat Udara dan Kapal laut.  Setelah tiba dibandara maupun pelabuhan laut semuanya akan dijemput dengan ADAT  PENERIMAAN TAMU. Selanjutnya akan  dipandu oleh seorang pendamping yang berasal dari daerah kontingen tersebut. Kegiatan pada Raimuna Nasional X tahun 2012 dilaksanakan dalam bentuk, 
  • Pengenalan Kegiatan
  • Praktek dan Simulasi
  • Dinamika Kelompok
  • Diskusi
  • Lokakarya
  • Interaksi
  • Komunikasi
Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan generasi muda Indonesia dan global, maka kegiatan–kegiatan dalam Raimuna Nasional X tahun 2012 dilaksanakan dengan beberapa jenis kegiatan, antara lain:
  • Perkemahan
  1. Apel
  2. Kunjungan Persaudaraan
  3. Kegiatan Keagaamaan
  4. Api Unggun
  • Keterampilan
  1. Kesakaan
  2. Kepemimpinan
  3. Kehumasan
  4. Kewirausahaan
  5. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
  6. Kesehatan
  7. Isu Interaktif
  • Wawasan Nusantara
  1. Pengenalan Lingkungan
  2. Bela Negara
  3. Budaya Nusantara
  • Bakti Masyarakat
  1. Penanaman Pohon Sagu
  2. Penghijauan di daerah sekitar Buper
  3. Penanaman mangrove di Teluk Yotefa
  • Kegiatan wisata yang direncanakan adalah :
  1. Festival Danau Sentai (FDS).
  2. Napak  Tilas Perjuangan Pahlawan Nasional Marthen Indey.
  3. Napak Tilas Perang  Dunia Kedua
  4. Kampung Wisata Tablanusu  Kab. Jayapura.
  5. Mengunjungi Perbatasan  RI – PNG dan Vanimo Province
  6. Mengunjungi Stadion Mandala.
  7. Wisata Executif   ke Wamena menyaksikan  Perang Suku.
  8. Wisata hutan sagu dan menyaksikan proses pembuatan sagu.
  • Global Development Village
  1. Brotherhood
  2. Culture and Arts
  3. Technology
  4. Communication
  5. Global Issues
  6. Unity of the Nations
  7. Creativity
  8. Music
  9. Dance
  10. Theatre
  11. Cinema show
  12. Food and Drink
  13. Nation and Culture Days
  • Kebudayaan dan Olahraga
  1. Budaya Bangsa
  2. Kesenian
  3. Persaudaraan
  4. Olahraga
Proses yang dilaksanakan dalam Raimuna Nasional X tahun 2012 dengan sifat “Edukatif, Kreatif, Produktif, Inovatif, Rekreatif”, selanjutnya metoda yang digunakan dalam Raimuna Nasional X tahun 2012 adalah Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik. Dalam rangka proses pembelajaran dan melakukan sistem “belajar sambil melakukan” dilakukan sistem perkemahan yang dipimpin oleh Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang dipilih dan merupakan Pimpinan seluruh Perkemahan, yang selanjutnya sistem perkemahan dibentuk sepertihalnya sebuah pemerintahan setingkat dengan Provinsi/Kabupaten hingga tingkat RT.
Sistem satuan terpisah antara Putera dan Puteri, serta dipimpin oleh kelompok mereka sendiri. Ditambah dengan beberapa bagian yang semuanya dipimpin oleh Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, sesuai dengan prinsip pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega, “dari, oleh, dan untuk Pramuka Penegak dan Pandega dengan kerjasama orang Dewasa”.
Dalam rangka mengenal dan meningkatkan budaya asli kehidupan pemukiman masyarakat asal kata atau nama Raimuna yang mendiami pesisir kepulauan Yapen yaitu suku Randawaya dana ambay kabupaten kepuluan  Yapen,maka  bentuk tenda yang akan digunakan oleh seluruh peserta perkemahan adalah  “ Bentuk rumah asli yang  atapnya dari daun sagu dan dinding dari gaba-gaba atau kulit kayu. Serta bahan bakarnya dari kayu kering. Semua bahan ini disediakan oleh Panitia  dan peserta tinggal masuk dan membayar free perkemahan.
 
Sumber : http://kettoprak.blogspot.com/2012/03/raimuna-nasional-2012-kegiatan-dan.html

Pramuka Dunia Berkembang

Gerakan Pramuka di dunia terus berkembang. Saat ini tercatat hampir 40 juta anggota Pramuka dewasa dan muda yang tersebar di 161 negara di dunia, tergabung dalam Organisasi Dunia Gerakan Pramuka (World Organization of the Scout Movement).

Ketua Kontingen Indonesia untuk Jambore Pramuka Dunia, Brata T Hardjosubroto, mengatakan, Indonesia merupakan negara yang memiliki anggota Pramuka terbanyak di dunia yakni sekitar 22 juta. Gerakan Pramuka di Indonesia mulai dari anak-anak usia 7 tahun hingga orang dewasa.

Gerakan Pramuka yang tumbuh di banyak negara ini, berkembang dalam beragam sistem budaya, tradisi, dan nilai-nilai. Namun, dasar-dasar kepramukaan tetaplah sama yang menjunjung keyakinan kepada Yang Maha Kuasa, solidaritas, perdamaian, kerjasama, persahabatan, dan lain-lain.

Pramuka yang berkembang sebagai gerakan global haruslah memberikan sumbangsih nyata untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Hal ini bermakna bahwa keterlibatan orang-orang dewasa dan muda di negara masing-masing, mulai dari tingkat lokal hingga nasional, semestinya dapat memberikan makna dalam membangun komunitasnya.

Mike Bosman, Ketua Yayasan Pramuka Dunia (World Scout Foundation), mengatakan, kegiatan dan nilai-nilai dasar dari gerakan pramuka semestinya dikembangkan lebih banyak lagi pada generasi muda. Upaya ini sebagai bentuk untuk membekali generasi muda dengan kecakapan hidup, untuk dapat menghadapi pengalaman hidup yang terus berubah dan berkembang.

"Semangat dalam gerakan Pramuka yang masih berkembang di berbagai belahan dunia, hingga saat ini tidak dapat dibeli. Setiap negara justru kita tantang, untuk mau menginvestasikan meluasnya gerakan Pramuka pada lebih banyak lagi anak-anak muda. Kita harus membantu membukakan pikiran anak-anak muda kita dan menginspirasi dengan pesan yang kekal tentang perdamaian. Investasi ini sangat membanggakan bagi suatu negara," kata Mike dalam laporan tahunan tertulis Yayasan Pramuka Dunia.

Sebagai wujud kebersamaan bagi seluruh anggota Pramuka di dunia, Jambore Pramuka Dunia (World Scout Jamboree) yang berlangsung setiap empat tahun sekali kembali digelar. Kegiatan Jambore Pramuka Dunia ke-22 dengan tema Simply Scouting dipusatkan di Bumi Perkembahan Rinkaby, Kristianstad, Swedia, resmi dibuka Kamis (28/7/2011) malam waktu setempat.

Sebanyak 38.000 anggota Pramuka dari 150 negara hadir untuk menjalani perkemahan dengan beragam aktivitas hingga 6 Agustus mendatang. Sekitar 75 persen peserta merupakan anggota Pramuka muda berusia 14-18 tahun.

Keunikan Jambore Pramuka Dunia ini, salah satunya dengan hadirnya banyak relawan dari negara-negara peserta. Bahkan, banyak dari relawan yang tergabung dalam tim pelayanan internasional itu bergabung secara mandiri, untuk terlibat membantu pelaksanaan Jambore, mulai dari menajalani pekerjaan sebagai petugas keamanan, kebersihan, penyedia makanan, petugas transportasi, dan beragam pekerjaan lainnya.

Jambore Pramuka Dunia yang pertama dilaksanakan di London, Inggris pada tahun 1920. Saat itu hanya ada 8.000 anggota Pramuka dari 34 negara yang bergabung. Perkembangan Pramuka terus melesat, hingga menjadi gerakan pemuda yang terbesar di dunia.

Marie Reinicke, Ketua Tim Eksekutif Jambore, mengatakan kegiatan Jambore Pramuka Dunia merupakan ajang pertemuan lintas budaya, agama, dan batas-batas geografis bagi semua anggota Pramuka. "Namun di sini semua akan merasakan pengalaman Pramuka yang menakjubkan, di mana semua bekerja sama, tertawa bersama, belajar satu sama lain, dan berkontribusi untuk pengembangan diri dan masyarakat saat ini," kata Marie.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/28/15345350/Pramuka.Dunia.Berkembang

Harus Bangga Jadi Pramuka

         Perlu bangga menjadi pramuka karena di dalam pramuka sudah tercermin ahlak Rasulullah. Semua yang ada  di dalam Tria Satya dan Dasa Dharma ada di dalam diri pribadi Rasulullah, begitu juga dengan Nabi Adam Alaihissalam karena beliau dari pertama di bumi sudah belajar menjadi seorang pramuka sejati dengan belajar menguasai alam, memecahkan masalah dengan alam seperti survival dan lain sebagainya.

         Demikian disampaikan Pelaksana Tugas Walikota Medan, Dzulmi Eldin ketika menghadiri acara silaturahmi dengan Kwarcab Gerakan Pramuka Kota Medan di Lapangan Cadika Pramuka Jalan Karya Wisata Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor.

          Itu sebabnya, kata Eldin, begitu indahnya pramuka karena memiliki keunikan tersendiri dari organisasi yang lainnya. “Seorang jiwa pramuka tidak akan merasa terbuang dan dibuang karena mereka adalah orang siap dipakai dari manapun arahnya. Dengan pengalaman Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka kepada siapapun dan dimanapun. Meski tidak dapat jadi batang nyiur yang tegar tetapi jadilah rumput yang mampu memperindah taman,” kata Eldin.

         Untuk itulah Eldin selaku Kepala Kwarcab bangga menjadi bagian dari Gerakan Ptamuka Kota Medan. “Tentunya adik-adika harus lebih bangga lagi dari saya, sebab telah menjadi pramuka sejati. Hal ini harus terus dipupuk agar ke depannya Kota Medan memiliki generasi muda yang tangguh, cerdas dan survive dalam keadaan apapun,” harapnya.

          Selanjutnya Eldin berpesan kepada sleuruh keluarga besar Kwarcab Gerakan Pramuka Kota Medan agar terus meningkatkan ibadah  dan selalu berbergiat dalam melakukan kegiatan baik itu pekerjaan maupun dalam belajar. Anggota pramuka harus beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berprestasi tentunya.

         “Ke depan diharapkan Kwarcab Gerakan Pramuka Kota Medan dapat berperan aktif, tidak hanya dalam kegiatan kepramukaan tetapi juga dalam sosial kemanusiaan  seperti membantu dan menghimpun zaklat fitrah ataupun santunan kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan hingga ke daerah-daerah pelolsok Kota Medan. Kemudian mengadakan kegiatan bertemakan keagamanaan maupun yang lainnya.yakin adik-adik sekalian memiliki kemampuan dan potensi yang luar biasa,” ungkapnya.

Sumber : http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=296715:eldin-harus-bangga-jadi-pramuka&catid=14:medan&Itemid=27

Selasa, 30 September 2014

Sejarah Pramuka Indonesia



AWAL KEPRAMUKAAN DI INDONESIA
a.   Masa Hindia Belanda
1)   Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mempunyai saham besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepramukaan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepramukaan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi yang Bhinneka.
2)   Organisasi kepramukaan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang "Nederlandse Padvinders Organisatie" (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.
3)   Organisasi Kepramukaan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah "Javaanse Padvinders Organisatie" (JPO); berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.
4)   Kenyataan bahwa kepramukaan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti nama menjadi "Hisbul Wathon" (HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian diganti menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
5)   Hasrat bersatu bagi organisasi kepramukaan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.
6)   Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan).
7)   PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.
8)   Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepramukaan Indonesia baik yang bernafas utama kebangsaan maupun bernafas agama. kepramukaan yang bernafas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katholik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
9)   Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.
b.   Masa Bala Tentara Dai Nippon
"Dai Nippon" ! Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepramukaan, dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.
c.   Masa Republik Indonesia

1)   Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia.
2)   Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
3)   Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
4)   Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepramukaan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.
5)   Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupkan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepramukaan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepramukaan di Indonesia, jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.
6)   Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organisasi kepramukaan mengadakan konfersensi di Jakarta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.
d.   Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia
1)   Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepramukaan putera, sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke Australia.
2)   Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.
3)   Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepramukaan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepramukaan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
4)   Seminar Tugu ini menghasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan kepramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan November 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik "Penasionalan Kepanduan".
5)   Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.
6)   Nah, masa-masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.
KELAHIRAN GERAKAN PRAMUKA

a.   Latar Belakang Lahirnya Gerakan Pramuka

1)   Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.
2)   Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepadan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
3)   Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.
4)   Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu.
5)   Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).
6)   Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
b.   Kelahiran Gerakan Pramuka
Kelahiran Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :
1.    Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
2.   Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.
c.   Gerakan Pramuka Diperkenalkan
1)   Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.
2)   Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.
3)   Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnari 8 orang.
4)   Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
5)   Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.
6)   Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
7)   Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.
8)   Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.
9)   Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.

Sejarah Kepanduan Dunia

Kelahiran Gerakan Kepanduan

Gerakan ini dimulai pada tahun 1907 ketika Robert Baden-Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan William Alexander Smith, pendiri Boy's Brigade, mengadakan perkemahan kepanduan pertama (dikenal sebagai jamboree) di Kepulauan Brownsea, Inggris.
Ide untuk mengadakan gerakan tersebut muncul ketika Baden-Powell dan pasukannya berjuang mempertahankan kota Mafeking, Afrika Selatan, dari serangan tentara Boer. Ketika itu, pasukannya kalah besar dibandingkan tentara Boer. Untuk mengakalinya, sekelompok pemuda dibentuk dan dilatih untuk menjadi tentara sukarela. Tugas utama mereka adalah membantu militer mempertahankan kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang ringan tapi penting; misalnya mengantarkan pesan yang diberikan Baden-Powell ke seluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka selesaikan dengan baik sehingga pasukan Baden-Powell dapat mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan. Sebagai penghargaan atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap anggota tentara sukarela tersebut diberi sebuah lencana. Gambar dari lencana ini kemudian digunakan sebagai logo dari gerakan Pramuka internasional.
Keberhasilan Baden-Powell mempertahankan kota Mafeking membuatnya dianggap menjadi pahlawan. Dia kemudian menulis sebuah buku yang berjudul Aids to Scouting (ditulis tahun 1899), dan menjadi buku terlaris saat itu.
Pada tahun 1906, Ernest Thompson Seton mengirimkan Baden-Powell sebuah buku karyanya yang berjudul The Birchbark Roll of the Woodcraft Indians. Seton, seorang keturunan Inggris-Kanada yang tinggal di Amerika Serikat, sering mengadakan pertemuan dengan Baden-Powell dan menyusun rencana tentang suatu gerakan pemuda.
Pertemuannya dengan Seton tersebut mendorongnya untuk menulis kembali bukunya, Aids to Scouting, dengan versi baru yang diberi judul Boy's Patrols. Buku tersebut dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi para pemuda ketika itu. Kemudian, untuk menguji ide-idenya, dia mengadakan sebuah perkemahan untuk 21 pemuda dari berbagai lapisan masyarakat selama seminggu penuh, dimulai pada tanggal 1 Agustus, di kepulauan Brownsea, Inggris. Metode organisasinya (sekarang dikenal dengan sistem patroli atau patrol system dalam bahasa Inggris) menjadi kunci dari pelatihan kepanduan yang dilakukannya. Sistem ini mengharuskan para pemuda untuk membentuk beberapa kelompok kecil, kemudian menunjuk salah satu di antara mereka untuk menjadi ketua kelompok tersebut.
Setelah bukunya diterbitkan dan perkemahan yang dilakukannya berjalan dengan sukses, Baden-Powell pergi untuk sebuah tur yang direncanakan oleh Arthur Pearson untuk mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris. Dari pemikirannya tersebut, dibuatlah sebuah buku berjudul Scouting fo Boys, yang saat ini dikenal sebagai buku panduan kepramukaan (Boy Scout Handbook) edisi pertama.
Saat itu Baden-Powell mengharapkan bukunya dapat memberikan ide baru untuk beberapa organisasi pemuda yang telah ada. Tapi yang terjadi, beberapa pemuda malah membentuk sebuah organisasi baru dan meminta Baden-Powell menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan mulai mendorong mereka untuk belajar dan berlatih serta mengembangkan organisasi yang mereka dirikan tersebut.
Seiring dengan bertambahnya jumlah anggota, Baden-Powell semakin kesulitan membimbing mereka; Ia membutuhkan asisten untuk membantunya. Oleh karena itu, ia merencanakan untuk membentuk sebuah Pusat Pelatihan Kepemimpinan bagi Orang Dewasa (Adult Leadership Training Center). Pada tahun 1919, sebuah taman di dekat London dibeli sebagai lokasi pelatihan tersebut. Ia pun menulis buku baru yang berjudul Aids to Scoutmastership dan beberapa buku lainnya yang kemudian ia kumpulkan dan disatukan dalam buku berjudul Rovering to Success for Rover Scouts pada tahun 1922.
Sekalipun Gerakan Kepanduan didirikan Baden-Powell, tetapi ia banyak terinspirasi Frederick Russell Burnham, orang Amerika yg membantu Inggris di Afrika Selatan. Burnham banyak belajar teknik hidup di alam bebas dari ayahnya yang menjadi pastor di tempat penampungan (reservasi) orang Indian. Burnham yang sukses menghadapi beberapa perang pemberontakan Indian, lalu pergi ke Afrika Selatan & berkenalan dengan Baden-Powell di Perang Boer. Dari Burnhamlah Baden-Powell menyusun berbagai ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan seorang Boy Scout (Pandu). Terinspirasi orang Indian. Selanjutnya di Gerakan Kepanduan, Burnham diangkat sebagai “Kepala Suku” pertama dari gerakan yg didirikan Baden-Powell.

Perkembangan Gerakan Kepanduan

Tak lama setelah buku Scouting For Boys diterbitkan, Pramuka mulai dikenal di seluruh Inggris dan Irlandia. Gerakannya sendiri, secara perlahan tapi pasti, mulai dicoba dan diterapkan diseluruh wilayah kerajaan Inggris dan koloninya.
Unit kepanduan di luar wilayah kerajaan Inggris yang pertama diakui keberadaannya, dibentuk di Gilbraltar pada tahun 1908, yang kemudian diikuti oleh pembentukan unit lainnya di Malta. Kanada ialah koloni Inggris pertama yang mendapat izin dari kerajaan Inggris untuk mendirikan gerakan kepanduan, diikuti oleh Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Chili ialah negara pertama di luar Inggris dan koloninya yang membentuk gerakan kepanduan. Parade Pramuka pertama diadakan di Crystal Palace, London pada tahun 1910. Parade tersebut menarik minat para remaja di Inggris. Tidak kurang dari 10.000 remaja putra dan putri tertarik untuk bergabung dalam kegiatan kepanduan. Pada 1910 Argentina, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, India, Meksiko, Belanda, Norwegia, Russia, Singapura, Swedia, dan Amerika Serikat tercatat telah memiliki organisasi kepramukaan.
Semenjak didirikan, Gerakan Pramuka yang memfokuskan program pada remaja usia 11-18 tahun telah mendapat respon yang menggembirakan, anggota bertambah dengan cepat. Kebutuhan program pun dengan sendirinya bertambah. Untuk memenuhi keinginan dan ketertarikan para generasi muda pada saat itu, gerakan pramuka menambah empat program dalam organisasinya untuk melebarkan lingkup keanggotaan gerakan pramuka. Keempat prpogram tersebut meliputi : Pendidikan Generasi Muda usia dini, Usia Remaja, pendidikan kepanduan putri, dan pendidikan kepemimpinan bagi pembina.
Program untuk golongan siaga, unit Satuan Karya, dan Penegak/pandega mulai disusun pada akhir tahun 1910 di beberapa negara. Terkadang, kegiatan kegiatan tersebut hanya berawal di tingkat lokal/ ranting yang dikelola dalam skala kecil, baru kemudian diakui dan diadopsi oleh kwartir nasional. Kasus serupa terjadi pada pendirian golongan siaga di Amerika Serikat, yang program golongan siaganya telah dimulai sejak 1911 di tingkat ranting namun belum mendapatkan pengakuan hingga 1930.
Sejak awal didirikannya gerakan kepanduan, para remaja putri telah mengisyaratkan besarnya minat mereka untuk bergabung. Untuk mengakomodasi minat tersebut, Agnes Baden Powell —adik dari bapak kepanduan sedunia, Robert Baden Powell,— pada tahun 1910 ditunjuk menjadi presiden organiasi kepanduan putri pertama di dunia. Agnes pada awalnya menamakan organisasi tersebut Rosebud, yang kemudian berganti menjadi Brownies (Girl Guide) pada 1914. Agnes mundur dari kursi presiden pada tahun 1917 dan digantikan oleh Olive Baden Powell, istri dari Lord Baden-Powell. Agnes tetap menjabat sebagai wakil presiden hingga ia meninggal pada usia 86 tahun. Pada waktu tersebut, kepanduan putri telah diposisikan sebagai unit terpisah dari kepanduan pria, hal tersebut dilakukan menimbang norma sosial yang berlaku saat tersebut. Pada era 90-an, Banyak organisasi kepanduan di dunia yang saling bekerjasama antara unit putra dan putri untuk memberikan pendidikan kepanduan.
Program awal bagi pendidikan pembina diadakan di London pada tahun 1910, dan di Yorkshire pada tahun 1911. Namun, Baden Powell menginginkan pendidikan tersebut dapat dipraktekkan semaksimal mungkin. Hal tersebut berarti bahwa dalam setiap pendidikan diperlukan praktek lapangan semisal berkemah. Hal ini membimbing pembentukan kursus Woodbadge. Akibat Perang Dunia I, pendidikan woodbadge bagi para pembina tertunda hingga tahun 1919. Pada tahun tersebut, diadakan kursus woodbadge pertama di Gilwell Park. Pada saat ini, pendidikan bagi pembina telah beragam dan memiliki cakupan yang luas. Beberapa pendidikan yang cukup terkenal bagi pembina, seperti Pendidikan dasar, Pendidikan spesifik golongan, hingga kursus Woodbadge

Dikutip dari wikipedia

Sabtu, 02 November 2013

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sebagai Solusi Mengatasi Tawuran



Manusia pada dasarnya tercipta dengan perbedaan. Dengan adanya perbedaan kita dapat termotivasi untuk menjadi lebih baik.  Perbedaan itulah yang membuat kita mengetahui seberapa kemampuan kita atau seberapa pencapaian yang telah kita peroleh. Perbedaan sebenarnya hanyalah sebuah keadaan di mana apa yang kita miliki, apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh orang lain. Perbedaan tersebut bisa berupa pikiran, sikap, tingkah laku, sudut pandang, dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya, perbedaan merupakan awal dari sebuah konflik.
Negara kita yang terbentang dari sabang sampai merauke terdiri atas beragam suku, ras, agama, adat, bahasa, dan masih banyak lagi. Semuanya memiliki cara berfikir dan kebiasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Jika kita selalu membicarakan dan membahas perbedaan, tentu hanya akan menimbulkan konflik horizontal yang berkepanjangan.
Perbedaan sering menimbulkan konflik sosial. Konflik yang sering terjadi biasanya disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia, seperti kekuasaan, status, dan lain-lainnya. Karena adanya perbedaan, maka kebutuhan dasar manusia seperti kekuasaan, status, dan lain-lain akan menyebabkan kesenjangan sosial. Dari kesenjangan sosial itulah yang sering menimbulkan konflik.
            Tawuran berawal dari perbedaan
           Dalam dunia pelajar, perbedaan kerapkali berujung perselisihan. Contohnya adalah tawuran. Masih ingatkah dengan peristiwa kematian Alawy Yusianto Putra setahun yang lalu? Dia adalah siswa SMAN 6 Jakarta, korban tawuran yang meninggal karena dibacok. Alawy pada waktu itu baru kelas 10, masih awal-awal memakai pakaian putih abu-abu. Dia merupakan korban salah sasaran, karena sebenarnya dia tidak ikut dalam tawuran tersebut. Saat itu dia sedang makan siang sebelum memulai latihan bandnya. Tiba-tiba dia mendengar ada tawuran, namun belum sempat berlari dia sudah kena bacok dari anak SMAN 70 Jakarta.
Tawuran merupakan perkelahian yang dilakukan oleh sebuah kelompok pelajar dengan kelompok pelajar lainnya dengan menggunakan kekerasan. Tawuran merupakan peristiwa konflik sosial karena tawuran merupakan perselisihan mengenai nilai-nilai yang berkaitan dengan status, kuasa, dan lainnya (Lewis A Coser). Tujuan tawuran biasanya karena ingin memenuhi apa yang menjadi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai dengan ancaman dan kekerasan (Leonpold Von Wiese)
Tawuran dilatarbelakangi oleh beberapa pemicu. Pemicu utamanya yaitu adanya banyak perbedaan yang ada pada tiap-tiap kelompok maupun tiap-tiap individu. Dari perbedaan-perbedaan tersebut terciptalah konflik yang berupa perkelahian antar pelajar. Berikut ini pemicu tawuran antar pelajar yang merupakan salah satu dari konflik sosial :
1.      Perbedaan Individu : Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda. Perbedaan karakter, nilai-nilai, pendirian dan emosi seseorang merupakan factor yang bisa menyumbang terjadinya konflik sosial. Seseorang yang memiliki nilai karakter kurang baik akan mudah terpicu untuk menciptakan konflik sosial. Dia biasanya memiliki emosi yang labil, pendirian yang kurang, sehingga pikirannya pendek. Akibatnya dia mudah terpicu kemarahannya apabila dia mendapat suatu informasi yang tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Contohnya adalah seseorang yang dewasa lebih stabil pikirannya dalam menyelesaikan masalah. Dia menggunakan 90% pikirannya untuk menyelesaikan masalah. Lain hal dengan orang yang labil, dia akan mudah terpancing emosi saat dihadapkan pada suatu masalah karena dia menggunakan 90% perasaannya daripada pikirannya.
Begitu juga remaja yang terlibat tawuran. Mereka kebanyakan masih memiliki tingkat kedewasaan yang relatif rendah. Mereka mudah terpancing emosi saat mendengar sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendaknya, sehingga mereka langsung mengambil keputusan dengan menyatakan perang kepada yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Dari sinilah awal mula terjadinya tawuran.
2.      Perbedaan Lingkungan Kebudayaan : Seseorang yang memiliki nilai karakter dan pendirian yang kurang, sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. Suatu kebudayaan akan mempengaruhi perilaku seseorang, karena kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (Selo Soemardjan), sehingga kebudayaan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Sebuah lingkungan yang baik akan membentuk kebudayaan yang baik pula. Sehingga kebudayaan dan lingkungan merupakan kedua hal yang saling berkaitan pengaruhnya dalam mempengaruhi individu yang ada di dalamnya.
Contohnya adalah seseorang yang terbiasa tinggal di lingkungan yang keras akan terbiasa bersifat keras pula di manapun dia berada karena dari lingkungan tersebutlah terbentuk pola pemikirannya. Lain halnya dengan orang yang terbiasa hidup di lingkungan elit, dia akan bersifat idealis di manapun dia berada, karena kesehariannya dia bersikap idealis secara elit.
Begitu juga remaja yang terlibat tawuran. Remaja yang terlibat tawuran cenderung salah dalam memilih lingkungannya. Mereka salah mengelompokkan diri dengan orang-orang yang memiliki pola piker yang kurang baik. Biasanya seseorang ikut tawuran karena diajak oleh temannya dengan ancaman “banci kalau gak ikut tawuran.” Dari situlah awal terbentuknya lingkungan “anak-anak yang suka tawuran.” Akibatnya, budaya ini mengakar terus menerus, sehingga terbentuklah istilah “sekolah A musuh bebuyutan sekolah B.”
3.      Perbedaan Kepentingan : Tujuan yang dilakukan oleh seseorang berbeda-beda meskipun hal yang dilakukan sama. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Dari perbedaan kepentingan tersebut, maka reaksi sikapnya juga berbeda-beda. Akibat dari reaksi dan sikap yang berbeda itulah, perselisihan sering terjadi. 
Contohnya adalah ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu reaksi dan sikap setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur. Warga yang terganggu merasa tidak memiliki kepentingan dengan pentas music tersebut, sehingga dia merasa bahwa pentas music tersebut mengganggu dirinya. Berbeda dengan orangt yang sedang menikmati pentas music tersebut, dia merasa enjoy karena dia merasa memiliki kepentingan dengan pentas music tersebut.
Begitu pula remaja yang terlibat tawuran. Awal mula dari permasalahan adalah perbedaan kepentingan yang ada diantara mereka. Pada suatu keadaan yang sedang dijalani oleh kelompok A, di mana keadaan itu sangatlah penting bagi kelompok A karena kelompok A sedang memiliki kepentingan dengan keadaan tersebut. Namun dalam keadaan tersebut, kelompok B merasa terganggu ataupun merasa tidak suka, sehingga munculah pertentangan dari kelompok B terhadap kelompok A. Pertentangan itulah merupakan awal dari tawuran.
4.      Perbedaan Status Sosial : merupakan  tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi (Wikipedia). Status social masih memiliki keterkaitan dengan lingkungan kebudayaan, hanya saja status social diukur dari agama, pendidikan dan pengetahuan, politis, dan jabatan.
Contohnya adalah orang yang memiliki status sosial baik akan bertingkah laku dengan baik pula, karena memiliki pendidikan, pengetahuan, dan moral (agama) yang baik. Namun, orang yang memiliki status social yang kurang baik akan bertingkah laku tidak sebaik orang yang memiliki status social yang baik, hal ini disebabkan oleh kurang mendukungnya faktor lingkungan budaya yang berpengaruh pada pendidikan, pengetahuan, moral (agama), dan tingkah laku.
Begitu pula remaja yang terlibat tawuran. Ada dua kemungkinan yang terjadi. Yang pertama, mereka murni benar-benar dari kelompok yang memiliki status sosial yang kurang baik, sehingga pemikiran mereka dan tingkah laku mereka pun juga kurang baik. Yang kedua, remaja yang memiliki status sosial yang baik namun mengelompokkan diri dengan remaja yang memiliki status social kurang baik, sehingga dirinya ikut terbawa menjadi kurang baik. Dalam hal ini, remaja yang memiliki status social kurang baik cenderung dekat dengan kekerasan dan premanisme. Hal ini berkaitan erat dengan lingkungan kebudayaan.
Dari 4 poin tersebut, didapatkan bahwa pendidikan dan lingkungan-lah yang memiliki peran paling penting. Dapat disimpulkan bahwa orang yang tinggal di lingkungan kebudayaan dan memiliki pendidikan kurang, cenderung memiliki sikap, tingkah laku, pola pikir yang kurang baik pula.
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sebagai Solusi Mengatasi Tawuran
            Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia hendaknya diadikan pedoman pula dalam hidup kita sehari-hari. Dalam butir-butir Pancasila mengandung makna yang dalam jika kita menghayatinya. Mensosialisasikan butir-butir Pancasila dapat dilakukan sejak dini yaitu dimasukkannya mata pelajaran Pancasila sejak tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Mungkin ini tidak akan memberikan pengaruh langsung bagi moral namun paling tidak jika diajarkan sejak dini, lambat laun nilai-nilai itu akan mengurat akar dalam diri pribadi masing-masing. Kita dapat mengamalkan Hampir 13 tahun sejak reformasi tahun 1998 lalu, Pancasila hanyalah sebagai hafalan. Semakin bertambahnya waktu, pengamalan terhadap Pancasila mulai luntur. Hal ini seperti apa yang terjadi akhir-khir ini. Lunturnya moral merupakan salah satu bukti lunturnya pengamalan terhadap Pancasila.
            Begitu pula dengan tawuran. Tawuran secara tidak langsung berkaitan dengan kurangnya iman sesorang. Seseorang yang beriman jarang membuat keputusan dengan emosi. Sedangkan tawuran adalah realisasi dari keputusan yang didasarkan pada rasa emosi. Seandainya suatu permasalah diantara pelajar dapat diselesaikan dengan musyawarah dan disertai dengan tengang rasa maka akan dicapai mufakat. Pelajar yang terdiri dari manusia yang mempunyai perbedaan baik dari segi sosial ekonomi, budaya tidak akan menjadi suatu masalah karena masing-masing manusia itu saling menghargai satu sama lain. Dengan demikian terciptalah Susana yang damai dan sejahtera diantara sesama pelajar. Jika suatu saat terjadi serangan dari luar negeri, kita sebagai pelajar akan dapat bersatu melawannya. Ini semua sudah tertuang dalam butir-butir Pancasila yang meliputi lima sila yaitu :
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada sila ini mengandung bahwa Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga perlu mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila sila pertama ini diamalkan, maka akan adanya perasaan bersalah apabila timbul niat untuk melakukan keburukan terhadap orang lain. Perasaan tersebut akan muncul secara otomatis apabila dalam bertingkahlaku dilandasi oleh rasa keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, manfaat lainnya adalah kita akan dapat lebih dewasa dalam berfikir. Kedewasaan pada dasarnya adalah kesabaran, dan agama lah ajaran yang mengajarkan manusia untuk bersabar dalam melakukan segala hal.
2.      Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pada sila ini mengandung adanya persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Sehingga akan muncul sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Apabila dalam praktiknya sila ini diamalkan, maka perbedaan kepentingan bukanlah lagi menjadi masalah yang menyebabkan perselisihan. Hal ini karena apabila adanya rasa saling tenggang rasa, maka akan ada pula sikap saling menghargai terhadap orang lain yang mempunyai kepentingan walau kita tidak memiliki kepentingan dengan hal tersebut. Selain itu manfaat lainnya adalah kita dapat lebih berani membela kebenaran dan keadilan. Hal ini berkaitan dengan perbedaan individu. Apabila adanya perbedaan individu, baik dalam berpendapat maupun berargumen, harus secara obyektif dalam mengatakan benar dan salah. Tidak boleh memaksakan kehendak, dan marah apabila pendapatnya disalahkan. Sehingga akan lebih dewasa dalam bersikap dan berfikir
3.      Persatuan Indonesia
Sila ini mengandung makna penempatan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sehingga akan timbulnya rasa cinta tanah air dan saling menyayangi kepada sesama warga Indonesia.
Pengamalan sila ini akan menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bersama diatas kepentingan pribadi. Sehingga perbedaan individu bukanlah lagi menjadi sumber perselisihan, karena adanya penekanan keegoisan diri sendiri dalam berpendapat atau bertingkah laku. Selain itu akan menjadikan kita lebih dewasa. Hal ini karena jika kita menempatkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi, akan membuat kita mengalah. Dari mengalah itulah kita bisa bersikap lebih dewasa
4.      Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan, Perwakilan
Makna sila ini yaitu sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Sehingga kita tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Apabila sila ini diamalkan, maka permasalahan perbedaan pendapat bukanlah lagi menjadi bibit perselisihan. Pengamalan sila ini menjadikan adanya saling menghargai antara sesamakarena ditekankan bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama dalam berpendapat. Selain itu kita akan menjadi lebih dewasa. Karena kita dikondisikan saling menghargai pendapat yang dikeluarkan. Hal ini juga membuat kita mengetahui kekurangan diri sendiri, karna kita akan leluasa dan “nrimo” apabila di kritik oleh orang lain.
5.      Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam sila ini terkandung bahwa perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong harus dikembangkan. Kita akan menjadi individu yang dapat menghormati hak orang lain tanpa mengurangi hak diri sendiri.
Apabila sila ini diamalkan, maka kesenjangan sosial yang disebabkan oleh perbedaan status sosial dan perbedaan kepentingan bukanlah lagi menjadi penyebab perselisihan, karena dalam pengamalan sila ini akan membuat kita adil dalam bersikap terhadap semua orang, sehingga tidak akan ada lagi kesenjangan sosial. Selain itu, pengamalan sila ini membuat kita menjadi individu yang tidak membeda-bedakan seseorang bedasarkan factor kebudayaan, agama, status sosial, dan lain-lain.

Nilai-nilai Pancasila tersebut sudah mencakup penyelesaian seluruh perbedaan yang menyebabkan terjadinya tawuran maupun konflik sosial. Apabila kelima nilai sila tersebut dihayati dan diamalkan dengan baik, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang memiliki moral. Dengan moral tersebut  akan ada perbaikan pola pikir dan tingkah laku remaja-remaja yang merupakan tunas bangsa.
Pengamalan terhadap Pancasila juga akan membuat kita obyektif dalam menyelesaikan masalah. Kita akan dapat menyelesaikan masalah secara dewasa karena kita bisa membedakan yang benar dan salah tanpa memandang siapapun dan apapun itu.
Berprinsiplah “Pendapatku benar, tapi memiliki kemungkinan untuk salah. Sedangkan pendapat orang lain salah, tapi memiliki kemungkinan untuk benar.”(Imam Syafi’i) saat dalam berpendapat. Sehingga tidak ada rasa berat saat menerima pendapat orang lain. Dengan begitu, maka perbedaan bukanlah lagi menjadi sebuah awal dari masalah, namun perbedaan akan menjadi sebuah keindahan. Dengan perbedaan itulah kita bisa tahu hitam dan putih, yang mana yang baik dan buruk. Sehingga kita bisa mengkoreksi diri sendiri, apa yang kurang baik dari diri sendiri.

            -Kukuh Wira Satya, siswa SMAN 3 Semarang